PersiapanMenyambut Ramadhan. Seorang yang berpuasa tidak akan berbuka sekalipun manusia tidak ada yang mengetahuinya karena merasa takut dan merasa diawasi oleh Allah dalam gerak-geriknya. Demikianlah hendaknya kita dalam setiap saat merasa takut dan diawasi oleh Allah di mana pun berada dan kapan pun juga, terlebih ketika kita hanya seorang diri. Jikakita merasa keberatan untuk mengakui Tuhan di hadapan manusia, suatu hari kelak, ketika Tuhan datang di dalam kemuliaan Bapa, Dia juga akan keberatan untuk mengakui orang semacam kita. Hari ini, jangan karena takut kepada manusia (Yes. 51:12), sehingga kita tidak berani mengakui Tuhan di hadapan manusia. Betapa seriusnya hal ini! Orang yang sudah tua renta (sepuh) ketika tidak mampu berpuasa, maka ia tidak berpuasa. Setiap hari tidak puasa, hendaklah ia memberi makan (kepada orang miskin) seukuran satu mud. Adapun wanita hamil dan menyusui, jika mereka berdua khawatir pada dirinya, maka boleh tidak puasa dan mereka berdua punya kewajiban qodho'. Akusendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan yaitu kegembiraa ketika dia berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.""[1] thinkpositive akan menghasilkan positive thing. Semua hal yang terjadi adalah hasil dari pemikirinmu. apa yang dipikirkan, bagaimana memikirkan, itulah. menulis adalah caraku untuk mengekspresikan perasaan serta pemikiran yang tidak siap untuk diutarakan kepada orang lain (secara langsung), yang dimana ketika aku siap (tapi) ternyata orang tidak siap untuk mendengarkan. Dengan menulis aku zhZvMl. Saudara-saudara, saya berharap Anda memerhatikan pagi ini, sewaktu Presiden Hinckley bersiap mengumumkan nama dua Rasul, dia berbicara mengenai puasa dan berdoa untuk mengetahui kehendak Tuhan. Puasa selalu merupakan sebuah praktik di antara umat Allah. Di zaman kita puasa selalu merupakan perintah yang diberikan Tuhan kepada semua anggota Gereja. Selain puasa khusus yang sekali-kali kita lakukan untuk alasan pribadi atau keluarga, kita diharapkan untuk berpuasa sebulan sekali pada Minggu pertama. Kepada kita diajarkan bahwa ada tiga aspek dalam menguduskan hari puasa dengan benar pertama, menghindari makanan dan minuman selama dua kali waktu makan secara berturut-turut, atau de-ngan kata lain, 24 jam; kedua, menghadiri pertemuan puasa serta kesaksian, dan; ketiga, memberikan persembahan puasa yang murah hati. Bagi keluarga Pratt, puasa teratur kami selalu di mulai Sabtu waktu makan siang sampai Minggu waktu makan siang. Dengan begitu kami berpuasa dua kali makan, Sabtu malam dan Minggu pagi. Walaupun tidak ada standar Gereja untuk puasa, selain bahwa puasa hendaknya 24 jam atau dua kali waktu makan, kita telah menemukan manfaat rohani dalam menghadiri pertemuan puasa serta kesaksian sebelum akhir puasa kami. Bagi mereka yang secara jasmani tidak dapat melakukannya, puasa bukanlah sebuah perintah. Berbicara mengenai hari puasa bulanan kita, Presiden Joseph F. Smith berkata, “Tuhan telah memperkenalkan puasa dalam dasar yang masuk akal dan intelektual .… Mereka yang dapat melakukan diminta untuk memenuhi; … ini adalah tugas yang tidak dapat mereka hindari; … tugas ini ditinggalkan bagi orang-orang atas dasar kesadaran, untuk melaksanakan kebijaksanaan dan hak pilihan …. Tetapi mereka yang dapat hendaknya berpuasa, … tidak ada pengecualian untuk hal ini; … tugas ini dituntut dari Orang-orang Suci, tua dan muda di setiap bagian dalam Gereja” Gospel Doctrine, edisi ke-5, [1939], 244. Saya khawatir saudara-saudara, jika banyak dari kita yang tidak berpuasa pada hari puasa, atau melakukannya dengan sembrono. Jika kita bersalah berpuasa tanpa memikirkan tujuannya atau hanya berpuasa Minggu pagi dan bukan dua kali penuh makan—24 jam— kita menjauhkan diri kita serta keluarga kita dari pengalaman dan berkat-berkat rohani yang dapat diperoleh karena puasa yang benar. Apabila apa yang kita lakukan hanyalah menghindari makan dan minum selama 24 jam serta membayar persembahan puasa, kita kehilangan kesempatan istimewa bagi pertumbuhan rohani. Sebaliknya, jika kita memiliki tujuan khusus dalam puasa kita, puasa itu akan memiliki makna yang jauh lebih banyak. Mungkin kita dapat meluangkan waktu dalam keluarga sebelum memulai puasa kita untuk berbicara mengenai apa yang kita harapkan untuk mencapai puasa kita. Ini dapat dilaksanakan dalam malam keluarga satu minggu sebelum Minggu puasa atau dalam pertemuan singkat keluarga pada saat doa keluarga. Ketika kita berpuasa dengan tujuan, kita memiliki sesuatu untuk memusatkan perhatian kita selain rasa lapar kita. Tujuan puasa kita mungkin sangat pribadi. Puasa dapat membantu kita mengalahkan kesalahan dan dosa-dosa kita. Ini dapat membantu mengatasi kelemahan kita—membuatnya menjadi kekuatan. Berpuasa dapat membantu kita menjadi lebih rendah hati, mengurangi rasa tinggi hati, mementingkan diri sendiri serta menjadi lebih peduli terhadap kebutuhan orang lain. Ini dapat membantu kita melihat lebih jelas kesalahan dan kelemahan kita dan menolong kita lebih dapat berhenti menghakimi orang lain. Atau puasa kita dapat berpusat pada tantangan keluarga. Puasa keluarga dapat membantu meningkatkan kasih serta penghargaan di antara anggota keluarga dan mengurangi pertentangan dalam keluarga. Kita juga dapat berpuasa sebagai pasangan untuk menguatkan ikatan pernikahan kita. Tujuan puasa kita sebagai pemegang imamat dapat saja untuk mencari bimbingan Tuhan dalam pemanggilan kita, seperti yang telah ditunjukkan oleh Presiden Hinckley, atau kita dapat berpuasa bersama rekan pengajar ke rumah kita untuk mengetahui bagaimana membantu salah seorang keluarga kita. Dari tulisan suci istilah puasa biasanya disertai dengan doa “Agar kamu mulai saat ini melanjutkan dengan berdoa serta berpuasa” adalah nasihat Tuhan A&P 8876. Puasa tanpa doa hanya akan seperti menahan lapar selama 24 jam. Tetapi puasa yang disertai dengan doa membawa kekuatan rohani yang bertambah. Ketika para murid tidak dapat menyembuhkan seorang anak lelaki yang dirasuki roh jahat, mereka bertanya kepada Juruselamat, “Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?” Yesus menjawab, “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa” Matius 1719, 21. Marilah kita memulai puasa kita dengan doa. Ini dapat dilakukan dengan berlutut di meja sewaktu selesai makan menjelang kita akan mulai berpuasa. Doa itu hendaknya merupakan hal yang alami sewaktu kita berbicara kepada Bapa Surgawi mengenai tujuan puasa serta memohon bantuan dari-Nya untuk mencapai gol-gol kita. Demikian juga hendaklah kita mengakhiri puasa kita dengan doa. Kita dapat dengan benar berlutut di meja sebelum kita duduk untuk menyantap makanan yang akan menutup puasa kita. Kita akan bersyukur kepada Tuhan atas bantuan-Nya selama puasa dan atas apa yang kita rasakan serta pelajari dari puasa tersebut. Selain di awal serta akhir doa kita hendaknya sering mencari Tuhan dalam doa pribadi selama puasa. Kita hendaknya tidak mengharapkan anak-anak kita untuk berpuasa selama dua waktu makan seperti yang direkomendasikan. Tetapi marilah kita mengajarkan kepada mereka asas berpuasa. Apabila puasa dibahas dan direncanakan dalam sebuah suasana keluarga, anak-anak kecil akan sadar bahwa orang tua dan saudara-saudara mereka yang lebih tua sedang berpuasa dan mereka akan memahami tujuan puasa. Mereka hendaknya berperan serta dalam doa keluarga ketika memulai dan mengakhiri puasa. Dengan begitu, ketika mereka mencapai usia yang pantas mereka akan ingin berpuasa bersama yang lain dalam keluarga. Dalam keluarga kami, kami telah melakukannya dengan mendorong anak-anak usia delapan sampai dua belas tahun untuk berpuasa selama satu kali waktu makan, kemudian ketika mereka mencapai usia dua belas tahun dan menerima Imamat Harun atau mulai dalam Remaja Putri kami mendorong mereka untuk berpuasa selama dua kali penuh waktu makan. Setelah menghukum bangsa Israel kuno karena tidak puasa dengan benar, Tuhan, melalui Nabi Yesaya, berceramah dalam bahasa puisi yang indah tentang puasa yang benar “Bukan! Berpuasa yang Kuhendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk?” Yesaya 586. Jika kita berpuasa dan berdoa dengan tujuan bertobat atas dosa-dosa serta mengalahkan kelemahan kelemahan pribadi, pastilah kita “membuka belenggu-belenggu kelaliman” dalam kehidupan kita. Jika tujuan puasa kita adalah untuk menjadi lebih efektif dalam ajaran Injil dan melayani orang lain dalam pemanggilan Gereja kita, pastilah kita berjuang untuk “melepaskan tali-tali kuk” orang lain. Jika kita berpuasa serta berdoa memohon pertolongan Tuhan dalam usaha misionari kita, pastilah kita ingin “memerdekakan orang-orang teraniaya.” Apabila tujuan puasa kita adalah untuk meningkatkan kasih kita bagi sesama kita dan mengalahkan keegoisan kita, kesombongan kita, dan supaya hati kita berpusat pada hal-hal dunia ini pastilah kita “mematahkan setiap kuk.” Tuhan melanjutkan menguraikan tentang puasa yang benar “Supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!” Yesaya 587. Ini merupakan hal yang menakjubkan bahwa melalui persembahan puasa kita saat ini dapat memberi makan yang lapar, memberi perlindungan orang yang tidak memiliki rumah, serta memberi pakaian mereka yang telanjang. Jika kita berpuasa dengan benar, Tuhan menjanjikan “Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu; … Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan Tuhan akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Tuhan akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata Ini Aku! …. Apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kau inginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapan akan seperti rembang tengah hari. Tuhan akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, … dan engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan” Yesaya 588–11. Inilah doa saya supaya kita dapat meningkatkan puasa kita sehingga kita dapat menikmati berkat-berkat indah yang dijanjikan. Ini adalah kesaksian bahwa ketika kita “mendekat” pada Tuhan melalui puasa serta doa kita, Dia akan “mendekat” pada kita lihat A&P 8863. Saya bersaksi bahwa Dia hidup, mengasihi kita, dan bahwa Dia ingin dekat dengan kita. Dalam nama Yesus Kristus, amin. Imam Shamsi AliPresiden Nusantara FoundationSecara khusus Allah SWT memanggil orang-orang beriman untuk berpuasa “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa” Al-Baqarah 183. Dalam sebuah hadis juga disebutkan “Puasa adalah untuk-Ku, dan Aku yang akan membalas puasa orang yang berpuasa”. Panggilan iman dan pengakuan puasa sebagai milik Allah mengindikasikan secara kuat bahwa puasa adalah amalan ibadah yang bersifat personal atau private dengan Allah SWT. Dalam melakukannya tidak ada sama sekali orang ketiga yang terlibat. Ketika anda salat, gerakan-gerakan itu nampak kepada orang lain. Ketika anda berzakat, minimal yang memberi dan menerima ikut terlibat. Ketika haji bahkan jutaan yang menyaksikan. Tapi puasa benar-benar hanya antara pelaku dan Tuhannya yang menjadi sinilah kemudian puasa menjadi pintu lebar untuk hadirnya Allah dalam hidup pelakunya. Seorang yang berpuasa akan melatih diri untuk bersama dengan Dia, yang melihat apa yang tidak nampak maupun yang memang nampak. Dan karenanya lambat laun, tapi pasti, “mahabatullah” kebesaran Allah akan bersemayam dalam Allah telah hadir bersamanya di setiap saat, masa dan keadaan, maka saat itu dalam dirinya terjadi kekuatan yang belum pernah bahkan tidak pernah dibayangkan. Akan terbangun kekuatan dahsyat yang boleh jadi berada di luar dugaan. Kita misalnya mengenal bahwa dalam perjalanan sejarah Islam, banyak kemenangan-kemenangan umat ini justeru terjadi di bulan di perang Badar misalnya adalah kemenangan yang terjadi di luar dugaan dan kalkulasi manusia. Dengan jumlah prajurit dan persenjataan yang jauh lebih kecil, Rasulullah SAW mengalahkan musuh yang berkekuatan tiga kali lipat itu dikarenakan kekuatan umat ini tidak selalu bersandar kepada keluatan materi dan fisik. Tapi lebih penting, kekuatan umat itu terbangun di atas soliditas ruhiyahnya. Dan di sinilah peranan puasa dalam membangun kekuatan atau kebersamaan dengan Allah ma’iyatullah juga akan membangun ketenangan hidup. Percayalah, hidup ini penuh dengan hiruk pikuk, goncangan dan tantangan. Seseorang yang lemah dan kurang siap menghadapi perubahan dan goncangan itu pasti akan terombang-ombang di tengah samudra situasi berpihak kepadanya maka dia akan lupa diri. Bahkan membusungkan dada, angkuh dan merasa dunia telah menjadi miliknya. Sebaliknya, ketika keadaan tidak berpihak kepadanya, dia lemah, merasa hina, bahkan prustrasi dan karenanya hanya ada satu jalan dalam mengantisipasi goncangan hidup itu. Hadirkan Dia Yang memiliki langit dan bumi dan segala isinya. Hadirkan Dia dalam setiap detakan jantung dan aliran darah kehidupan. Ketegaran Rasulullah SAW menghadapi tantangan dakwah, bahkan ancaman hidup ketika itu karena hadirnya Allah dalam dadanya. Itulah yang beliau buktikan di saat berada dalam gua Hira itu. Para algojo itu telah berdiri di depan pintu gua dengan pedang terhunus. Abu Bakar RA yang melihat itu menangis, bukan karena takut akan kematinnya sendiri. Tapi khawatir akan keselamatan Rasulnya. Dia khawatir juga para algojo itu menengok ke dalam gua itu dan pasti akan membunuh Rasulullah sang Rasul sendiri tenang menghadapi itu. Beliau kemudian membisikkan ke telingah sabahatnya itu “Jangan takut, jangan khawatir, karena Allah bersama kita”. Ternyata kehadiran Allah dengan sungguh-sungguh dalam hati menjadi “pengusir” ancaman itu. Para algojo pulang dan meninggalkan tempat itu tanpa menyadari bahwa orang yang mereka cari itu telah ada di jiwa di saat bersama Allah ini juga terjadi kepada seorang muallaf Amerika. Jalan hidupnya yang keras, tidak mudah, bahkan penuh dengan duri yang dia Maria. Maria adalah seorang wanita Hispanic keturunan Colombia. Ketika masih berumur sekitar 24 tahun dia kenalan dengan seorang muslim keturunan Mesir di Kota New York. Mereka kemudian saling suka dan menikah, bahkan Maria menerima Islam dengan sungguh-sungguh sebagai jalan hanya dalam tempo yang singkat sang suami berubah kasar dan sering memukulinya. Hingga pernikahan mereka melewati masa dua tahun, dan dikaruniai dua anak, suaminya menceraikan dia. Maria dan kedua anaknya ditinggalkan tanpa apapun, bahkan Maria harus keluar dari rumahnya tanpa bekal dan tanpa hari-hari pertama Maria ditolong oleh sebuah gereja. Tinggal di sebuah penampungan shelter milik gereja itu sambil mencari pekerjaan. Hingga suatu hari Maria berhasil diterima bekerja di sebuah toko inilah dia berkenanalan dengan teman barunya, seorang perempuan, juga keturunan Hispanic asal Puerto Rica. Teman Maria ini rupanya memperhatikan Maria setiap hari. Diam-diam dia kagum karena Maria selalu datang ke pekerjaannya dengan pakaian rapih, lengkap dengan kerudung. Tapi yang terpenting, Maria selalu ceria setiap hari teman Maria ini memberanikan diri bertanya kepadanya “Don’t you have any problem in your life?”. Mendengar itu Maria sambil tersenyum bertanya "Why?” Temannya melanjutkan “I have seen you happy and smile all the time. Seemingly you’re so happy”. Maria kemudian memegang pundak temannya itu dan menceritakan semua permasalahan hidupnya. Dari kenalan dengan orang Mesir itu hingga nikah, sampai dipukuli dan diceraikan. Betapa terkejutnya teman Maria itu. Tapi dia pun semakin tidak paham, kenapa Maria tetap ceria dan tersenyum? “So what makes you happy all the time?,” tanyanya. Maria memandang temannya itu dengan serius, lalu menjawab dengan singkat “Karena Allah bersama saya”.Rupanya jawaban ini tanpa disangka menggetarkan jiwa teman Maria. Tanpa dia sadari, dia menangis, tersentuh dengan cerita Maria. Tapi yang paling menggetarkan jiwanya adalah jawaban Maria Karena Allah bersamaku”. Singkat cerita teman Maria itu menyatakan ingin mengikuti Maria. Diapun datang ke masjid diantar Maria dan menerima Islam sebagai jalan hidupnya yang kebesaran Allah ketika hadir dalam dada manusia, dia menjadi kuat dan tenang menghadapi gelombang pergerakan hidup yang hanya akan berakhir dengan berakhirnya hidup dunia itu sendiri. Dan puasa adalah kunci utama untuk hadirnya Allah dalam dada manusia. Semoga!rhs

kita berpuasa karena takut kepada orang tua